Distributor and supplier Besi Baja
Besi adalah
unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: ferrum) dan nomor atom 26.
Merupakan logam dalam deret transisi pertama.[3] Ini adalah unsur paling umum
di bumi berdasarkan massa, membentuk sebagian besar bagian inti luardan dalam
bumi. Besi adalah unsur keempat terbesar pada kerak bumi. Kelimpahannya dalam
planet berbatu seperti bumi karena melimpahnya produksi akibat reaksi fusi
dalam bintang bermassa besar, di mana produksi nikel-56 (yang meluruh menjadi
isotop besi paling umum) adalah reaksi fusi nuklir terakhir yang bersifat
eksotermal. Akibatnya, nikel radioaktifadalah unsur terakhir yang diproduksi
sebelum keruntuhan hebat supernova. Keruntuhan tersebut menghamburkanprekursor
radionuklida besi ke angkasa raya.
Seperti
unsur golongan 8 lainnya, besi berada pada rentang tingkat oksidasi yang lebar,
−2 hingga +6, meskipun +2 dan +3 adalah yang paling banyak. Unsur besi terdapat
dalam meteorit dan lingkungan rendah oksigen lainnya, tetapi reaktif dengan
oksigen dan air. Permukaan besi segar nampak berkilau abu-abu keperakan, tetapi
teroksidasi dalam udara normal menghasilkan besi oksida hidrat, yang dikenal sebagai
karat. Tidak seperti logam lain yang membentuk lapisan oksidapasivasi, oksida
besi menempati lebih banyak tempat daripada logamnya sendiri dan kemudian
mengelupas, mengekspos permukaan segar untuk korosi.
Logam besi
telah digunakan sejak zaman purba, meskipun paduan tembaga, yang memiliki titik
lebur lebih rendah, yang digunakan lebih awal dalam sejarah manusia. Besi murni
relatif lembut, tapi tidak bisa didapat melalui peleburan. Materi ini mengeras
dan diperkuat secara signifikan oleh kotoran, karbon khususnya, dari proses
peleburan. Dengan proporsi karbon tertentu (antara 0,002% dan 2,1%)
menghasilkan baja, yang lebih keras dari besi murni, mungkin sampai 1000 kali.
Logam besi mentah diproduksi di tanur tinggi, dimana bijih direduksi dengan
batu bara menjadi pig iron, yang memiliki kandungan karbon tinggi. Pengolahan
lebih lanjut dengan oksigen mengurangi kandungan karbon sehingga mencapai
proporsi yang tepat untuk pembuatan baja. Baja dan paduan besi berkadar karbon
rendah bersama dengan logam lain (baja paduan) sejauh ini merupakan logam yang
paling umum digunakan oleh industri, karena lebarnya rentang sifat-sifat yang
didapat dan kelimpahan batuan yang mengandung besi.
Senyawa
kimia besi memiliki banyak manfaat. Besi oksida dicampur dengan serbuk aluminium
dapat dipantik untuk membuat reaksi termit, yang digunakan dalam pengelasan dan
pemurnian bijih. Besi membentuk senyawa biner denganhalogen dan kalsogen.
Senyawa organologamnya antara lain ferosen, senyawa sandwich pertama yang
ditemukan.
Besi memainkan
peranan penting dalam biologi, membentuk kompleks dengan oksigen molekuler
dalam hemoglobin danmyoglobin; kedua senyawa ini adalah protein pengangkut
oksigen dalam vertebrata. Besi juga logam pada bagian aktif sebagian besar
enzim redoks yang berperan dalam respirasi seluler serta oksidasi dan reduksi
dalam tumbuhan dan hewan.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1Karakteristik
o 1.1Sifat-sifat mekanis
o 1.2Diagram fasa dan alotrop
o 1.3Isotop
o 1.4Nukleosintesis
o 1.5Keberadaan
1.5.1Keberadaan di planet
1.5.2Cadangan yang digunakan di
masyarakat
• 2Kimia dan senyawa
o 2.1Senyawa biner
o 2.2Senyawa koordinasi dan
organologam
• 3Sejarah
o 3.1Besi tempa
o 3.2Besi tuang / besi cor
o 3.3Baja
o 3.4Dasar kimia modern
• 4Produksi besi logam
o 4.1Jalur industri
4.1.1Proses tanur tinggi
4.1.2Reduksi besi langsung
o 4.2Metode laboratorium
• 5Aplikasi
o 5.1Metalurgi
o 5.2Senyawa besi
o 5.3Korosi dan pencegahannya
• 6Peran Biologi
o 6.1Senyawa bioanorganik
o 6.2Kesehatan dan diet
o 6.3Penyerapan dan penyimpanan
o 6.4Pengaturan asupan
o 6.5Bioremediasi
o 6.6Hambatan permeabel reaktif
• 7Toksisitas
• 8Lihat juga
• 9Referensi
• 10Catatan kaki
• 11Daftar pustaka
• 12Bacaan lain
• 13Pranala luar
Karakteristik[sunting
| sunting sumber]
Sifat-sifat
mekanis[sunting | sunting sumber]
Nilai
karakteristik daya tarik (TS) dankekerasan Brinell (BH) berbagai bentuk
besi.[4][5]
Material TS
(MPa) BH
(Brinell)
Kumis besi
11000
Ausformed
(hardened)
steel 2930
850–1200
Baja
martensit
2070 600
Baja bainit
1380 400
Baja
pearlitik
1200 350
Besi
dingin 690 200
Besi
kecil-butiran 340 100
Besi
mengandung karbon 140 40
Murni, besi
kristal tunggal 10 3
Sifat
mekanik besi dan paduannya dapat dievaluasi menggunakan berbagai uji, termasuk
uji Brinell, uji Rockwell dan uji kekerasan Vickers. Data pada besi begitu
konsisten sehingga sering digunakan untuk kalibrasi peralatan atau uji
perbandingan.[5][6] Namun, sifat mekanik besi sangat dipengaruhi oleh kemurnian
sampel: besi murni kristal tunggal untuk keperluan penenelitian faktanya lebih
lunak daripada aluminium,[4]dan besi hasil produksi industri yang paling murni
(99,99%) memiliki kekerasan 20–30 Brinell.[7] Kenaikan kandungan karbon dalam
besi akan menyebabkan kenaikan yang signifikan pada kekerasan dan kekuatan
tarik. Kekerasan maksimum 65 Rc dicapai dengan kadar karbon 0.6%, meskipun
prosedur ini untuk logam dengan daya tarik rendah[8]
Volume molar
vs tekanan untu besi-α pada temperatur kamar
Karena
signifikansinya untuk inti planet, sifat fisik besi pada tekanan dan suhu
tinggi juga telah dipelajari secara mendalam. Bentuk besi yang stabil di bawah
kondisi standar dapat mengalami tekanan hingga 15 GPa sebelum berubah menjadi
bentuk tekanan tinggi, seperti yang dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Diagram fasa
dan alotrop[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alotrop
besi
Besi
merupakan contoh alotropi pada logam. Setidaknya ada empat bentuk alotrop besi,
yang dikenal sebagai α, γ, δ, dan ε; pada tekanan yang sangat tinggi, beberapa
bukti eksperimental yang kontroversial ada untuk fase β yang stabil pada
tekanan dan suhu yang sangat tinggi.[9]
Diagram fasa
tekanan rendah besi murni
Besi cair
dingin mengkristal pada 1538 °C ke alotrop δ, yang memiliki struktur kristal
body-centered cubic (bcc). Setelah mendingin lebih lanjut menjadi 1394 °C,
berubah menjadi besi alotrop γ, dengan struktur kristal face-centered cubic
(fcc), atau austenit. Pada 912 °C atau lebih rendah, struktur kristal berubah
kembali menjadi alotrop besi α bcc, atau ferit. Akhirnya, pada 770 °C (titik
Curie, Tc) besi menjadi magnet. Ketika besi melewati suhu Curie tidak ada
perubahan dalam struktur kristal, tapi ada perubahan dalam "struktur
domain", di mana setiap domain mengandung atom besi dengan spin elektron
tertentu. Dalam besi non magnet, semua spin elektron dari atom dalam satu
domain berada dalam arah yang sama, namun, domain sekitarnya menunjuk ke
berbagai arah lain sehingga dengan demikian secara keseluruhan mereka
menetralkan satu sama lain. Hasilnya, besi tidak bersifat magnet. Dalam besi
magnet, spin elektron dari semua domain selaras, sehingga efek magnetik domain
tetangga saling memperkuat. Meskipun setiap domain mengandung miliaran atom,
ukuran mereka sangat kecil, hanya sekitar 10 mikrometer.[10] Pada tekanan di
atas sekitar 10 GPa dan suhu beberapa ratus kelvin atau kurang, besi-α berubah
menjadi struktur hexagonal close-packed (hcp), yang juga dikenal sebagai
besi-ε; fase-γ yang temperaturnya lebih tinggi juga berubah menjadi besi-ε,
tapi tidak terjadi pada tekanan yang lebih tinggi. Fase-β, jika ada, akan
muncul pada tekanan minimal 50 GPa dan suhu minimal 1.500 K; telah diperkirakan
memiliki struktur ortorombik atau struktur hcp ganda.[9]
Besi sangat
penting ketika dicampur dengan logam tertentu lainnya dan dengan karbon untuk
membentuk baja. Ada banyak jenis baja, semua dengan sifat yang berbeda, dan
pemahaman tentang sifat-sifat alotrop besi adalah kunci untuk pembuatan baja
berkualitas baik.
Besi-α, juga
dikenal sebagai ferit, adalah bentuk besi paling stabil pada temperatur normal.
Ini adalah logam yang cukup lunak yang dapat larut hanya dengan konsentrasi
kecil karbon (tidak lebih dari 0,021% massa pada 910 °C).[11]
Di atas 912
°C dan sampai 1400 °C besi-α mengalami transisi fasa dari bcc ke konfigurasi
besi-γ fcc, juga disebut austenit. Logam Ini juga lunak tetapi dapat melarutkan
jauh lebih banyak karbon (sebanyak 2,04% massa pada 1146 °C). Bentuk besi ini
digunakan dalam jenis baja nirkarat yang digunakan untuk membuat peralatan
makan, dan rumah sakit serta peralatan jasa layanan makanan.[10]
Besi fasa
tekanan tinggi penting sebagai model untuk bagian-bagian padat pada inti
planet. Inti dalam planet bumi umumnya diasumsikan terdiri dari paduan besi-nikel
dengan struktur ε (atau β).
Titik lebur
besi didefinisikan secara eksperimen dengan baik untuk tekanan sampai sekitar
50 GPa. Untuk tekanan yang lebih tinggi, studi yang berbeda menempatkan titik
tripleγ-ε cair pada tekanan yang berbeda hingga puluhan gigapascal dan
menghasilkan perbedaan titik lebur lebih dari 1000 K. Secara umum, simulasi
komputer dinamika molekulerpada besi yang sedang meleleh dan percobaan
gelombang kejut memberikan titik leleh yang lebih tinggi dan kemiringan kurva
lebur yang lebih curam daripada percobaan statis yang dilakukan dalam sel
diamond anvil.[12]
Isotop[sunting
| sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Isotop
besi
Besi alami
terdiri dari empat isotop stabil: 5,845% 54Fe, 91,754% 56Fe, 2,119% 57Fe dan
0,282% 58Fe. Dari empat isotop stabil ini, hanya 57Fe yang mempunyai spin inti
(−1⁄2).Nuklida 54Fe diperkirakan mengalami peluruhan beta ganda, tetapi proses
ini belum pernah diteliti untuk nuklei ini, dan hanya batas bawah waktu paruh
yang ditetapkan: t1/2>3,1×1022 tahun.
60Fe adalah
radionuklida yang telah punah dengan waktu paruh panjang (2,6 juta tahun).[13]
Ia tidak ditemukan di bumi, namun produk peluruhan utamanya adalah nuklida
stabilnikel-60.
Banyak riset
masa lalu tentang pengukuran komposisi isotop Fe telah difokuskan pada
penentuan variasi 60Fe karena proses yang menyertai nukleosintesis (yaitu,
studimeteorit) dan formasi bijih. Namun dalam dekade terakhir, perkembangan
teknologi spektrometri massa telah memungkinkan untuk melakukan deteksi dan
kuantifikasi renik, variasi rasio alami isotop stabil besi. Banyak dari
penelitian ini telah didorong oleh komunitas ilmu bumi dan planet, meskipun
aplikasi untuk sistem biologis dan industri mulai bermunculan.[14]
Isotop besi
yang paling melimpah 56Fe merupakan daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan
nuklir karena merupakan titik akhir nukleosintesis yang paling umum.Hal ini
sering dikutip, secara salah, sebagai isotop dengan energi ikatan tertinggi,
perbedaan yang sebenarnya dimiliki nikel-62.[15] Karena 56Ni mudah dihasilkan
dari inti yang lebih ringan dalam proses alfa pada reaksi nuklir di supernova
(lihat proses pembakaran silikon), nikel-56 (14 partikel alfa) adalah titik
akhir rantai fusi dalam bintang sangat besar, karena penambahan partikel alfa
lain akan menghasilkan seng-60, yang membutuhkan lebih banyak energi. Oleh
karena itu, nikel-56, dengan waktu paruh sekitar 6 hari, merupakan porsi
terbesar dalam bintang-bintang ini, tetapi segera meluruh melalui emisi
positron berturutan pada produk peluruhan supernova dalam awan gas sisa supernova.
Peluruhan pertama membentuk kobalt-56, dan kemudian besi-56 yang stabil.
Nuklida terakhir ini kemudian menjadi relatif mayoritas di jagat raya,
dibandingkan dengan logam stabil lainnya dengan berat atom yang mendekati.
Dalam fase
meteorit Semarkona dan Chervony Kut korelasi antara konsentrasi 60Ni, produk
anang 60Fe, dan kelimpahan isotop besi yang stabil dapat ditemukan yang
merupakan bukti keberadaan 60Fe pada saat pembentukan Sistem Tata Surya.
Kemungkinan energi yang dilepaskan pada peluruhan 60Fe, bersama energi yang
dilepaskan pada peluruhan radionuklida 26Al, memberikan kontribusi pada
pelelehan kembali dan diferensiasi asteroid setelah pembentukannya 4,6 milyar
tahun yang lalu. Kelimpahan 60Ni dalam materi ekstraterestrial juga memberikan
wawasan lebih jauh ke dalam asal mula Sistem Tata Surya dan sejarah
awalnya.[16]
Inti atom
besi memiliki beberapa energi ikatan tertinggi per inti, hanya bisa diimbangi
oleh isotop nikel 62Ni. Ini terbentuk melalui fusi nuklir pada bintang.
Meskipun penambahan sedikit energi dapat diekstraksi melalui sintesis 62Ni,
kondisi dalam bintang tidak cocok untuk proses ini. Distribusi unsur di Bumi
lebih didominasi oleh besi daripada nikel, dan juga mungkin dalam produksi
elemen supernova.[17]
Besi-56
adalah isotop stabil terberat yang diproduksi melalui proses alfa dalam
nukleosintesis stellar; unsur yang lebih berat daripada besi adalah nikel
memerlukan supernovauntuk pembentukannya. Besi adalah unsur yang paling
melimpah dalam inti raksasa merah, dan logam paling melimpah dalam meteorit
besi dan dalam inti planet yang berupa logam padat seperti bumi.
Nukleosintesis[sunting
| sunting sumber]
Besi
dibentuk oleh bintang yang sangat besar dengan inti yang sangat panas (lebih
dari 2,5 milyar kelvin) melalui proses pembakaran silikon. Ia merupakan unsur
stabil terberat yang diproduksi dengan cara ini. Proses dimulai dari inti
stabil kedua terbesar melalui pembakaran silikon, yaitu kalsium. Satu inti
stabil kalsium mengalami fusi dengan satu inti helium, membentuk titanium yang
tidak stabil. Sebelum titanium meluruh, ia dapat berfusi dengan inti helium
lainnya, membentuk kromium yang tak stabil. Sebelum kromium meluruh, ia dapat
berfusi dengan inti helium lainnya, membentuk besi yang tak stabil. Sebelum
besi meluruh, ia dapat berfusi dengan inti helium lainnya, membentuk nikel-56
yang tak stabil. Fusi nikel-56 lebih jauh memerlukan energi dan bukannya
menghasilkan energi, sehingga setelah produksi nikel-56, bintang tidak lagi
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk menjaga inti agar tidak runtuh.
Akhirnya, nikel-56 meluruh menjadi kobalt-56 yang tak stabil, yang pada
gilirannya meluruh menjadi besi-56 yang stabil. Ketika inti bintang runtuh, ia
membentuk supernova. Supernova juga menciptakan bentuk-bentuk besi stabil
tambahan melalui proses-r.
Keberadaan[sunting
| sunting sumber]
Lihat pula
Kategori: Mineral besi
Keberadaan
di planet[sunting | sunting sumber]
Meteorit
besi, memiliki komposisi yang sama dengan inti bumi.
Besi adalah
unsur paling melimpah keenam di jagat raya, dan merupakan unsur refraktori yang
paling umum.[18] Ia terbentuk sebagai tahap eksotermal terakhir nukleosintesis
stelar, melalui fusi silikon dalam bintang besar.
Besi asli
atau logam jarang ditemukan di permukaan bumi karena cenderung mengalami
oksidasi, tetapi oksidanya menandakan dan mewakili bijih utamanya. Sementara
kandungan besi pada kerak bumi hanya 5%, inti bumi bagian dalam dan luar
diyakini memiliki kandungan paduan besi-nikel yang banyak, diperkirakan 35%
dari keseluruhan massa bumi. Oleh karena itu, besi merupakan unsur paling
melimpah di bumi, tetapi menduduki tempat keempat kelimpahan unsur di kerak
bumi.[19][20] Sebagian besar besi pada kerak bumi ditemukan bersenyawa dengan
oksigen sebagai mineral besi oksida seperti hematit (Fe2O3) dan magnetit
(Fe3O4). Deposit besar besi ditemukan dalam banded iron formations. Formasi
geologis ini adalah jenis batuan yang menandung lapisan-lapisan tipis besi
oksida yang berulang (seperti pita-pita), dan diseling dengan lapisan serpih
(bahasa Inggris: shale) dan rijang (bahasa Inggris: chert) yang miskin
kandungan besinya. Banded iron formation terbentuk antara 3.700 juta tahun
silam dan 1.800 juta tahun silam.[21][22]
Sekitar 1
dalam 20 meteorit mengandung mineral unik besi-nikel taenit (35–80% iron) dan
kamasit (90–95% iron). Meskipun jarang, meteorit besi adalah bentuk utama besi
logam alami di permukaan bumi.[23]
Warna merah
permukaan Mars terbentuk dari regolit yang kaya besi oksida. Ini telah
dibuktikan berdasarkan spektroskopi Mössbauer.[24]
Cadangan yang
digunakan di masyarakat[sunting | sunting sumber]
Menurut
Metal Stocks in Society report yang dikeluarkan oleh Panel Sumber Daya
Internasional (bahasa Inggris: International Resource Panel), cadangan global
besi yang digunakan di masyarakat adalah 2.200 kg (4.850 lb) per kapita.
Sebagian besar adalah negara maju (7.000 kg (15.432 lb) – 14.000 kg (30.865 lb)
per kapita) sedangkan negara yang kurang berkembang hanya 2.000 kg (4.409 lb)
per kapita.
Kimia dan
senyawa[sunting | sunting sumber]
Lihat pula
Kategori: Senyawa besi
Tingkat
oksidasi Contoh senyawa
−2 Dinatrium tetrakarbonilferat
(pereaksi Collman)
−1
0 Besi pentakarbonil
1 Siklopentadienilferum dikarbonil
dimer ("Fp2")
2 Fero sulfat, ferosen
3 Feri klorida, ferosenium
tetrafluoroborat
4 Barium ferat(IV)
5
6 Kalium ferat
Besi
membentuk senyawa utamanya dalam tingkat oksidasi +2 dan +3. Menurut tradisi,
senyawa besi(II) disebutfero dan senyawa besi(III) disebut feri. Besi juga
dapat memiliki tingkat oksidasi yang lebih tinggi, contohnya adalah kalium
ferat (K2FeO4), berwarna ungu, yang mengandung besi dengan bilangan oksidasi
+6. Besi(IV) adalah bentuk antara yang umum dalam banyak reaksi oksidasi
biokimia.[25][26] Sejumlah senyawa organologam mengandung tingkat oksidasi
formal +1, 0, −1, atau bahkan −2. Tingkat oksidasi dan sifat ikatan lainnya
sering diuji menggunakan teknik spektroskopi Mössbauer.[27] Terdapat juga
banyak senyawa valensi campuran yang berintikan besi(II) dan besi(III)
sekaligus, seperti magnetit dan biru Prusia (Fe4(Fe[CN]6)3).[26] Senyawa yang
disebutkan terakhir di atas digunakan sebagai "biru" tradisional
dalam cetak biru.[28]
Besi(III) klorida
hidrat, dikenal juga sebagai feri klorida
Senyawa besi
yang diproduksi dalam industri skala besar adalah besi(II) sulfat (FeSO4.7H2O)
dan besi(III) klorida (FeCl3). Besi(II) sulfat adalah salah satu sumber
besi(II) yang paling umum, tetapi kurang stabil terhadap oksidasi udara
dibandingkan garam Mohr ((NH4)2Fe(SO4)2·6H2O). Senyawa besi(II) cenderung
teroksidasi menjadi senyawa besi(III) di udara.[26]
Tidak
seperti logam lainnya, besi tidak membentuk amalgam dengan raksa. Sebagai
hasilnya, raksa diperdagangkan dalam botol besi berukuran 76 lb (34 kg).[29]
Senyawa
biner[sunting | sunting sumber]
Besi
bereaksi dengan oksigen di udara membentuk berbagai senyawa oksida dan
hidroksida; yang paling umum adalah besi(II,III) oksida(Fe3O4), dan besi(III)
oksida (Fe2O3). Besi(II) oksida juga ada, meskipun tidak stabil pada temperatur
kamar. Oksida-oksida ini adalah bijih utama untuk produksi besi (lihat bloomery
dan tanur tinggi). Mereka juga digunakan dalam produksi ferit, bermanfaat
sebagai mediapenyimpanan magnetik di komputer, dan pigmen. Sulfida yang telah
dikenal adalah besi pirit (FeS2), juga dikenal sebagai "emas bodoh"
karena kilau keemasannya.[26]
Halida fero
dan feri biner telah dikenal lama, dengan pengecualian feri iodida. Fero halida
biasanya muncul dari pengolahan logam besi dengan asam halogen biner terkait
untuk menghasilkan garam terhidrasi yang sesuai.[26]
Fe + 2 HX →
FeX2 + H2
Besi
bereaksi dengan fluor, klorin, dan bromin menghasilkan feri halida yang sesuai.
Feri klorida adalah yang paling umum:
2 Fe + 3 X2
→ 2 FeX3 (X = F, Cl, Br)
Senyawa
koordinasi dan organologam[sunting | sunting sumber]
Lihat pula:
Kimia organobesi
Biru Prusia
Telah
dikenal beberapa kompleks sianida. Contoh yang paling terkenal adalah biru
Prusia, (Fe4(Fe[CN]6)3). Kalium ferisianida dan kalium ferosianida juga telah
diketahui; pembentukan biru Prusia pada reaksi dengan besi(II) dan besi(III)
merupakan dasar "uji kimia basah".[26]Biru Prusia juga digunakan
sebagai antidot pada keracunan talium dan sesium radioaktif.[30][31] Biru
Prusia dapat digunakan untuk mencuci pakaian guna menghilangkan noda kekuningan
yang ditinggalkan oleh garam besi dalam air.
Telah
dikenal beberapa senyawa karbonil besi. Senyawa besi(0) utama adalah besi
pentakarbonil, Fe(CO)5, yang digunakan untuk memproduksi serbuk karbonil besi,
bentuk yang sangat reaktif dari logam besi. Termolisis besi pentakarbonil
menghasilkan gugus tiga-inti, triferum dodekakarbonil. Pereaksi Collman,
dinatrium tetrakarbonilferat, adalah pereaksi yang digunakan dalam kimia organik.
Pereaksi ini mengandung besi dengan tingkat oksidasi −2. Siklopentadienilferum
dikarbonil dimer mengandung besi dengan tingkat oksidasi yang langka, yaitu
+1.[32]
Ferosen
Ferosen
(bahasa Inggris: Ferrocene) adalah kompleks yang sangat stabil. Senyawa
sandwich pertama, yang mempunyai pusat besi(II) dengan dua
ligansiklopentadienil yang terikat melalui kesepuluh atom karbonnya. Pengaturan
ini adalah hal yang mengejutkan ketika pertama kali ditemukan,[33] tetapi
penemuan ferosen memicu cabang baru kimia organologam. Ferosen sendiri dapat
digunakan sebagai tulang punggung ligan, misalnya dppf. Ferosen dapat
dioksidasi menjadi kation ferosenium (Fc+). Pasangan ferosen/ferosenium sering
digunakan sebagai rujukan dalam elektrokimia.[34]
Sejarah[sunting
| sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah
metalurgi besi
Besi
tempa[sunting | sunting sumber]
Informasi
lebih lanjut: Produksi besi purba
Simbol
planet Mars telah digunakan sejak zaman dahulu untuk menandakan keberadaan
besi.
Tugu besi
Delhi adalah sebuah contoh ekstraksi besi dan metodologi pengolahan pada zaman
awal India.Tugu besi Delhi tahan karat selama 1600 tahun terakhir.
Besi telah
digarap, atau ditempa, selama beberapa milenium. Namun, obyek besi berumur
panjang jauh lebih jarang daripada obyek yang dibuat dari emas atau perak
karena besi mudah berkarat. Manik-manik yang terbuat dari besi meteor di 3500
SM atau sebelumnya ditemukan di Gerzah, Mesir oleh G.A. Wainwright.[35]
Manik-manik mengandung 7,5% nikel, yang merupakan tanda bahwa berasal dari
meteor karena hanya sedikit besi yang ditemukan pada kerak bumi dan tidak ada
kandungan nikelnya. Besi meteorit sangat dihormati karena asal-usulnya di
langit dan sering digunakan untuk menempa senjata dan alat-alat atau seluruh
spesimen yang ditempatkan di gereja-gereja.[36] Barang-barang yang terbuat dari
besi oleh bangsa Mesir bertanggal 2500 hingga 3000 SM.[35] Besi memiliki
keuntungan pembeda dibandingkan perunggu untuk peralatan perang. Besi jauh
lebih keras dan lebih awet dibandingkan perunggu, meskipun rentan terhadap
karat. Namun, hal. ini telah ditentang. Hittitolog Trevor Bryce berargumentasi
bahwa sebelum teknik pengolahan besi tingkat lanjut dikembangkan di India,
senjata besi meteorit yang digunakan oleh tentaraMesopotamia awal memiliki
kecenderungan mudah hancur dalam peperangan, karena kandungan karbonnya yang
tinggi.[37]
Produksi
besi pertama dimulai sejak Zaman Perunggu tengah tetapi memerlukan beberapa
abad sebelum dapat menggantikan perunggu. Contoh leburan besi dari Asmar,
Mesopotamia dan Tall Chagar Bazaar di Siria bagian utara dibuat antara 2.700
dan 3.000 SM.[38] Hittites nampaknya adalah yang pertama memahami produksi besi
dari bijihnya dan sangat dihormati dalam masyarakat mereka. Mereka mulai
melebur besi antara 1.500 dan 1.200 SM dan praktik ini tersebar ke Timur Dekat
setelah kekaisaran mereka runtuk pada tahun 1.180 SM.[38] Periode berikutnya
disebut Zaman Besi. Peleburan besi, oleh karenanya dinamakan Zaman Besi,
mencapai Eropa dua ratus tahun kemudian dan tiba di Zimbabwe, Afrika pada abad
ke-8.[38] Di China, besi hanya muncul sekitar tahun 700-500 SM.[39] Peleburan
besi telah diperkenalkan kepada China melalui Asia Tengah.[40] Bukti awal
penggunaan tanur tinggi di China berpenanggalan abad pertama setelah
masehi,[41] dan tungku kubah (bahasa Inggris: cupola furnaces) digunakan pada
awal periode perang (403–221 BCE).[42]Penggunaan tanur tinggi dan kubah tetap
menyebar selama Dinasti Song dan Tang.[43]
Artifak besi
lebur ditemukan di India berpenanggalan antara 1.800 hingga 1.200 SM,[44] dan
di Levant sejak sekitar 1.500 SM (menunjukkan peleburan di Anatolia
atauKaukasus).[45][46]
Pengolahan
besi masuk ke Yunani di akhir abad ke-11 SM.[47] Penyebaran pengolahan besi di
Eropa Tengah dan Barat dihubungkan dengan ekspansi kaum Kelt. Menurut Gaius
Plinius Secundus (Pliny the Elder) penggunaan besi adalah jamak pada era
Romawi.[36] Produksi besi tahunan Kekaisaran Romawi diperkirakan 84.750
ton,[48] sementara China Han yang padat penduduk memproduksi sekitar 5.000
ton.[49]
Selama
Revolusi Industri di Inggris, Henry Cort mulai memperhalus besi dari besi kasar
(bahasa Inggris: pig iron) dan besi tempa (atau besi batang) menggunakan sistem
produksi inovatif. Pada tahun 1783, ia mematenkan proses puddling untuk mengolah
bijih besi. Proses ini kemudian disempurnakan oleh peneliti lain, termasuk
Joseph Hall.
Besi tuang /
besi cor[sunting | sunting sumber]
Besi tuang
(atau besi cor) (bahasa Inggris: cast iron) pertama kali diproduksi di China
selama abad ke-5 SM,[50] tapi hampir tidak dikenal di Eropa sampai periode abad
pertengahan.[51][52] Artifak besi tuang tertua ditemukan oleh arkeolog di
tempat yang sekarang dikenal sebagai Luhe County, Jiangsu, China. Besi tuang
digunakan oleh China kuno untuk peralatan perang, pertanian, dan
arsitektur.[53] Selama periode abad pertengahan, di Eropa ditemukan sarana
produksi besi tempa dari besi cor (dalam konteks ini dikenal sebagai besi
kasar) dengan menggunakan finery forge. Pada seluruh proses ini, digunakan batu
bara sebagai bahan bakar.
Tanur tinggi
abad pertengahan mempunyai tinggi sekitar 10 feet (3.0 m) dan terbuat dari bata
tahan api; udara tekan diperoleh dari penghembus yang digerakkan oleh
tangan.[52] Tanur tinggi modern jauh lebih besar.
Coalbrookdale
by Night, 1801. Cahaya tanur tinggi di kota pembuatan besi Coalbrookdale,
Inggris
Pada tahun
1709, Abraham Darby I membentuk tanur tinggi batu bara untuk memproduksi besi
tuang. Ketersediaan besi murah adalah salah satu faktor yang menyebabkan
Revolusi Industri. Menjelang akhir abad ke-18, besi tuang mulai menggantikan
besi tempa untuk tujuan tertentu, karena harganya yang lebih murah. Kandungan
karbon dalam besi tidak dilihat sebagai alasan untuk membedakan sifat besi
tempa, besi tuang, dan baja hingga abad ke-18.[38]
Karena besi
menjadi lebih murah dan lebih banyak, besi juga menjadi bahan struktural utama
menyusul pembangunan inovatif jembatan besi pertama pada tahun 1778.
Baja[sunting
| sunting sumber]
Lihat pula:
Pembuatan baja
Baja (dengan
kandungan karbon yang lebih kecil daripada besi kasar tetapi lebih banyak
daripada besi tempa) pertama kali diproduksi menggunakan bloomery. Pandai besi
di Luristan, Iran bagian barat membuat baja yang bagus pada 1.000 SM.[38]
Kemudian, versi pengembagannya adalah, baja Wootz oleh India dan baja Damaskus
dikembangkan sekitar 300 SM dan 500 setelah masehi. Metode ini adalah
spesialisasi, dan oleh karenanya baja tiak menjadi komoditas utama hingga tahun
1850an.[54]
Metode
produksi baru adalah melalui karburasi besi batangan dalam proses sementasi
ditemukan pada abad ke-17. Pada Revolusi Industri, metode baru memproduksi besi
batangan tanpa batu bara ditemukan dan hal ini kemudian digunakan untuk
memproduksi baja. Pada akhir 1850an, Henry Bessemer menciptakan proses
pembuatan baja baru, melibatkan penghembusan udara melalui lelehan besi kasar
untuk memproduksi baja lunak. Hal ini membuat baja jauh lebih ekonomis, oleh
karena itu besi tempa tidak lagi diproduksi.[55]
Dasar kimia
modern[sunting | sunting sumber]
Antoine
Lavoisier mereaksikan uap air dengan besi logam di dalam tabung besi pijar
untuk menghasilkan hidrogen dalam percobaan yang mengarah ke demonstrasi
konservasi massa. Oksidasi anaerobik besi pada temperatur tinggi secara
skematis dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut:
Fe + H2O →
FeO + H2
2 Fe + 3 H2O
→ Fe2O3 + 3 H2
3 Fe + 4 H2O
→ Fe3O4 + 4 H2
Produksi
besi logam[sunting | sunting sumber]
Jalur
industri[sunting | sunting sumber]
Lihat pula:
Bijih besi
Produksi
besi atau baja adalah suatu proses dengan dua tahapan utama, kecuali produk
yang diinginkan adalah besi tuang. Tahap pertama adalah produksi besi kasar
(pig iron) dalam tanur tinggi. Cara lain, reduksi langsung. Tahap kedua, besi
kasar diubah menjadi besi tempa atau baja.
Proses
pengolahan leburan bijih besi untuk membuat besi tempa dari besi kasar, dengan
ilustrasi di sebelah kanan menampilkan pria yang bekerja di tanur tinggi, dari
ensiklopediaTiangong Kaiwu, diterbitkan pada 1637 oleh Song Yingxing.
Cara
ekstraksi besi abad ke-19
Untuk
beberapa fungsi terbatas seperti inti elektromagnet, besi murni diproduksi
dengan cara elektrolisis larutan fero sulfat.
Proses tanur
tinggi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tanur
tinggi
Produksi
besi industri dimulai dari bijih besi, biasanya hematit, dengan rumus Fe2O3,
dan magnetit, dengan rumus Fe3O4. Bijih ini direduksi menjadi logam dalam suatu
reaksi karbotermal, yaitu diberi perlakuan dengan karbon. Konversi ini biasa
dilakukan dalam tanur tinggi pada temperatur sekitar 2000 °C. Karbon dipasok
dalam bentuk kokas. Process ini juga mengandung fluks seperti limestone, yang
digunakan untuk menghilangkan mineral silika dalam bijih, yang dapat menyimbat
tanur. Kokas dan gamping dimasukkan melalui puncak tanur, ketika tengah terjadi
ledakan hebat saat pemanasan udara, sekitar 4 ton per ton besi,[52] yang
dipompa ke dalam tanur melalui bagian bawah.
Di dalam
tanur, kokas bereaksi dengan oksigen dalam ledakan udara menghasilkan karbon
monoksida:
2 C + O2 → 2
CO
Karbon
monoksida yang mereduksi bijih besi (sesuai persamaan reaksi di bawah,
hematite) menjadi lelehan besi, berubah menjadikarbon dioksida sesuai proses:
Fe2O3 + 3 CO
→ 2 Fe + 3 CO2
Beberapa
besi dalam temperatur tinggi di bagian-bagian tanur yang lebih dingin bereaksi
langsung dengan kokas:
2 Fe2O3 + 3
C → 4 Fe + 3 CO2
Fluks yang
berguna untuk melelehkan ketakmurnian dalam bijih biasanya adalah batu gamping
(bahasa Inggris: limestone) (kalsium karbonat) dan dolomit (kalsium-magnesium
karbonat). Fluks khusus lainnya digunakan bergantung pada karakteristik bijih.
Panas di dalam tungku mengakibatkan fluks batu gamping terdekomposisi menjadi
kalsium oksida (dikenal juga sebagai tawas):
CaCO3 → CaO
+ CO2
Kemudian
kalsium oksida bereaksi dengan silikon dioksida membentuk slag.
CaO + SiO2 →
CaSiO3
Slag meleleh
karena panas tanur. Pada dasar tanur, lelehan slag mengapung di atas lelehan
besi yang lebih padat, dan tingkap di bagian samping tanur dibuka untuk
mengalirkan dan memisahkan besi dengan slag. Besi, ketika telah dingin, disebut
besi kasar (pig iron), sementara slag dapat digunakan sebagai bahan konstruksi
jalan atau bahan pengaya tanah yang miskin mineral untuk pertanian.[52]
Tumpukan
pelet bijih besi yang akan digunakan dalam produksi baja.
Reduksi besi
langsung[sunting | sunting sumber]
Karena
masalah lingkungan, telah dikembangkan metode alternatif pengolahan besi.
"Reduksi besi langsung" mereduksi bijih besi menjadi serbuk yang
dinamakan besi "karang" atau besi "langsung" yang cocok
untuk pembuatan baja.[52] Dua reaksi utama pada proses reduksi langsung:
• Gas alam dioksidasi sebagian
(dengan panas dan katalis):
2 CH4 + O2 →
2 CO + 4 H2
• Gas-gas ini kemudian diberi
perlakuan dengan bijih besi dalam tanur, menghasilkan besi karang padat:
Fe2O3 + CO +
2 H2 → 2 Fe + CO2 + 2 H2O
Silika
dihilangkan dengan penambahan fluks gamping seperti telah dijelaskan di atas.
Metode
laboratorium[sunting | sunting sumber]
Diagram fase
besi-karbon, berbagai bentuk larutan padatyang stabil
Besi logam
secara umum diproduksi di laboratorium melalui dua metode. Pertama adalah
elektrolisis fero klorida pada katode besi. Metode kedua melibatkan reduksi
besi oksida dengan gas hidrogen pada temperatur sekitar 500 °C.[56]
Aplikasi[sunting
| sunting sumber]
Serbuk besi
Metalurgi[sunting
| sunting sumber]
Produksi
besi 2009 (juta ton)[57]
Negara Bijih
besi
Besi kasar
Besi reduksi
Baja
China 1.114,9
549.4 573.6
Australia 393,9 4.4 5.2
Brazil 305,0
25.1 0.011 26.5
Jepang 66.9 87.5
India 257,4
38.2 23.4 63.5
Rusia 92,1
43.9 4.7 60.0
Ukraina 65,8 25.7 29.9
Korea
Selatan
0,1 27.3 48.6
Jerman
0,4 20.1 0.38 32.7
Dunia 1.594,9
914.0 64.5 1,232.4
Besi adalah
logam yang paling banyak digunakan, mencakup 92% dari produksi logam dunia.[n
1] Biayanya yang rendah dan kekuatannya yang tinggi membuatnya sangat
diperlukan dalam aplikasi teknik seperti pembangunan mesin dan peralatan mesin,
mobil, lambung kapal-kapal besar, dan komponen struktur bangunan. Karena besi
murni cukup lunak, hal ini paling sering dikombinasikan dengan unsur paduan
untuk membuat baja.
Besi yang
tersedia untuk komersial diklasifikasikan berdasarkan kemurnian dan kandungan
aditifnya. Pig iron memiliki 3,5-4,5% karbon[58] dan mengandung berbagai jumlah
kontaminan seperti belerang, silikon dan fosfor. Pig iron bukan produk
komersial, melainkan tahap antara dalam produksi besi tuang dan baja.
Pengurangan kontaminan dalam pig iron yang berpengaruh negatif kepada sifat
materi, seperti belerang dan fosfor, menghasilkan besi tuang yang mengandung
2–4% karbon, 1–6% silikon, dan sejumlah kecil mangan. Ia memiliki titik leleh
di kisaran 1420-1470 K, lebih rendah daripada salah satu dari dua komponen
utama, dan membuatnya produk pertama yang akan meleleh ketika karbon dan besi
dipanaskan bersama-sama. Sifat mekaniknya sangat bervariasi dan bergantung pada
bentuk karbon dalam paduan.
Besi tuang
"putih" mengandung karbon dalam bentuk sementit, atau besi-karbida. Senyawa
keras dan rapuh ini mendominasi sifat mekanik besi tuang putih ini, sehingga
tetap keras, tapi tidak tahan kejut. Permukaan besi tuang putih yang rusak
penuh goresan halus pecahan besi-karbida, suat bahan mengkilap, keperakan dan
sangat pucat.
Dalam besi
abu-abu, karbon berbentuk serpihan halus grafit terpisah, dan juga membuat
bahan rapuh karena serpihannya bermata tajam yang menghasilkan alokasi
konsentrasi tegangan dalam materi. Varian baru dari besi abu-abu, disebut
sebagaibesi elastis yang diberi perlakuan khusus dengan magnesium dalam jumlah
renik untuk mengubah bentuk grafit menjadi sferoid, atau nodul, mengurangi
konsentrasi tegangan serta meningkatkan ketangguhan dan kekuatan material.
Besi tempa
mengandung kurang dari 0,25% karbon, tetapi mengandung terak dalam jumlah besar
sehingga memberikan karakteristik berserat.[58] Ini adalah produk keras, dapat
ditempa, tapi tidak mudah dilebur seperti pig iron. Ia juga mudah diasah Besi
tempa ditandai oleh adanya serat terak halus yang terperangkap dalam logam.
Besi tempa lebih tahan korosi daripada baja. Produkblacksmithing dan "besi
tempa" tradisional dan telah hampir sepenuhnya digantikan oleh baja
ringan.
Baja ringan
lebih mudah berkarat daripada besi tempa, tapi lebih murah dan lebih banyak
tersedia. Baja karbon mengandung 2,0% karbon atau kurang,[59] ditambah
sedikitmangan, belerang, fosfor, dan silikon. Baja paduan mengandung bervariasi
jumlah karbon dan logam lain, seperti kromium, vanadium, molibdenum, nikel,
wolfram, dan sebagainya. Kandungan paduannya mendongkrak biaya, sehingga
biasanya hanya digunakan untuk keperluan khusus. Satu baja paduan umum, adalah
baja nirkarat. Recent Perkembangan terkini dalam metalurgi besi telah
menghasilkan berbagai baja paduan mikro, yang disebut juga baja 'HSLA'
(singkatan dari bahasa Inggris: High Strength LowAlloy), mengandung sedikit
tambahan untuk menghasilkan kekuatan tinggi dan biasanya ketangguhan
spektakuler dengan biaya minimal.
Koefisien
atenuasi massa fotonbesi.
Terlepas
dari aplikasi tradisional, besi juga digunakan untuk perlindungan dari radiasi
pengion. Meskipun lebih ringan daripada bahan perlindungan tradisional lainnya,
yaitu timbal, ini jauh lebih kuat secara mekanis. Atenuasi radiasi sebagai
fungsi energi ditunjukkan dalam grafik.
Kerugian
utama besi dan baja adalah bahwa besi murni, dan sebagian besar paduannya,
dapat membentuk karat jika tidak dilindungi.Pengecatan, galvanisasi, pasivasi,
pelapisan plastik dan pembiruan semua digunakan untuk melindungi besi dari
karat dengan menghalangi masuknya air dan oksigen atau dengan proteksi katodik.
Senyawa
besi[sunting | sunting sumber]
Meskipun
peran metalurgi dominan dalam hal jumlah, senyawa besi banyak digunakan oleh
baik industri maupun kegunaan lainnya. Katalis besi secara tradisional
digunakan dalam proses Haber-Bosch untuk produksi amonia dan proses
Fischer-Tropsch untuk konversi karbon monoksida menjadi hidrokarbon untuk bahan
bakar dan pelumas.[60] Serbuk besi dalam pelarut asam digunakan dalam reduksi
Bechamp yaitu reduksi nitrobenzenamenjadi anilin.[61]
Besi(III)
klorida digunakan untuk pemurnian air dan pengolahan limbah, untuk mewarnai
tekstil, sebagai pewarna cat, sebagai aditif pakan ternak, dan sebagai etchant
untuktembaga dalam pabrikasi PCB.[62] Ini bisa juga dilarutkan dalam alkohol
untuk membuat besi tincture. Halida lainnya cenderung memiliki penggunaan yang
terbatas di laboratorium.
Besi(II)
sulfat digunakan sebagai prekursor untuk senyawa besi lainnya. Ini juga
digunakan untuk mereduksi kromat dalam semen. Ini digunakan untuk
memfortifikasi makanan dan mengobati anemia defisiensi besi. Hal di atas adalah
kegunaan utamanya. Besi(III) sulfat digunakan dalam pengendapan partikel limbah
dalam air tangki. Besi(II) kloridadigunakan sebagai pereduksi flokulator, dalam
pembentukan kompleks besi dan besi oksida magnetik, serta sebagai reduktor
dalam sintesis organik.
Korosi dan
pencegahannya[sunting | sunting sumber]
Korosi besi
memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya seng dan magnesium
dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan
dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut. Proses korosi besi
disebut juga dengan perkaratan.
1. Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing
biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang
mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi
besi terhadap korosi.
2. Pelumuran dengan oli atau gemuk.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak dengan air.
3. Pembalutan dengan Plastik. Berbagai
macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik.
Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan
timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi
selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak,
misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu
terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena
itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia
dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan
tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat
hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan
seng). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink.
Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut
perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada
zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan
besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami
oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi,
sehingga tahan karat.
6. Chromium Plating (pelapisan dengan
kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating
juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7. Sacrificial Protection (pengorbanan
anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka
magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk
melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.
Peran
Biologi[sunting | sunting sumber]
Besi
melimpah dalam biologi.[63][64] Besi-protein ditemukan dalam semua organisme
mulai dari yang promotif archaea hingga manusia. Warna darah disebabkan oleh
hemoglobin, suatu protein yang mengandung besi. Seperti dalam hemoglobin, besi
seringkali terikat pada kofaktor, misalnya dalam heme. Gugus besi-belerang
adalah penyusun nitrogenase, suatu enzim yang bertanggung jawab pada fiksasi
nitrogen biologis. Pengaruh teori evolusi memberikan peran pada besi sulfida
dalam teori besi-belerang dunia.
Struktur
Heme b, Fe akan terikat pada protein ligan tambahan.
Besi adalah
unsur renik penting yang ditemukan di hampir semua organisme hidup. Enzim dan
protein mengandung besi, seringkali mengandung gugus prostetik heme, yang
berperan besar dalam oksidasi dan transportasi biologis. Contoh protein yang
ditemukan dalam organisme tingkat tinggi antara lain hemoglobin, sitokrom
(lihat besi valensi tinggi), dan katalase.[65]
Senyawa
bioanorganik[sunting | sunting sumber]
Senyawa besi
"bioanorganik" (yaitu senyawa besi yang digunakan dalam biologi) yang
paling banyak diketahui adalah protein heme: contohnya: hemoglobin, myoglobin,
dan sitokrom P450. Senyawa-senyawa ini dapat melakukan transportasi gas,
membuat enzim, dan digunakan dalam transfer elektron. Metaloprotein adalah
gugus protein dengan ion logam kofaktor. Beberapa contoh besi metaloprotein
adalah feritin dan rubredoksin. Banyak enzim vital untuk kehidupan mengandung
besi, seperti katalase, lipoksigenase, dan IRE-BP.
Kesehatan
dan diet[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Defisiensi besi dan Metabolisme besi
Besi memang
melimpah, tetapi sumber zat besi utama antara lain daging merah,
kacang-kacangan, kacang, daging unggas, ikan,sayuran hijau, selada air, tahu,
buncis, kacang polong, roti yang difortifikasi, dan sereal yang difortifikasi.
Besi dalam jumlah kecil ditemukan dalam molases, teff, dan tepung kentang
(farina). Besi dalam daging (besi heme) lebih mudah diserap daripada besi dalam
sayuran.[66] Meskipun sejumlah studi menyebutkan bahwa heme/hemoglobin dari
daging merah mempunyai efek yang dapat meningkatkan kemungkinan kanker usus
besar,[67][68] tetapi tetap ada sejumlah kontroversi,[69] dan bahkan ada
beberapa studi yang menyatakan bahwa tidak ada bukti cukup yang mendukung klaim
semacam itu.[70]
Besi yang
ada dalam suplemen makanan seringkali ditemukan sebagai besi(II) fumarat,
meskipun besi sulfat lebih murah dan dapat diserap cukup baik. Unsur besi,
meski efisiensi penyerapannya hanya 1⁄3 relatif dari besi sulfat,[71] sering
ditambahkan dalam makanan seperti sereal dan tepung terigu. Besi yang paling
mudah diserap tubuh apabiladi-khelat-kan dengan asam amino[72] dan juga
tersedia sebagai suplemen besi. Seringkali asam amino yang dipilih adalah yang
termurah dan paling umum yaitu glisin, dalam bentuk suplemen "besi
glisinat".[73] Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan (bahasa Inggris:
Recommended Dietary Allowance (RDA)) untuk besi beragam sesuai umur, jenis
kelamin, dan sumber zat besi (besi berbasis heme memiliki bioavilabilitas yang
lebih tinggi).[74] Bayi memerlukan suplemen besi jika mengkonsumsi susu
formula.[75]Pendonor darah dan wanita hamil beresiko mengalami kekurangan besi
dan seringkali dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen besi.[76]
Penyerapan
dan penyimpanan[sunting | sunting sumber]
Akuisisi
besi menghadapi masalah bagi organisme aerobik, karena ion feri sukar larut
pada pH mendekati netral. Oleh karena itu, bakteri telah melibatkan senyawa
sekuestoryang disebut siderofora (bahasa Inggris: siderophore).[77][78][79]
Setelah
diserap, dalam sel, penyimpanan besi diatur dengan hati-hati; ion besi
"bebas" tidak tersedia begitu saja. Komponen utama yang mengatur ini
adalah protein transferin, yang mengikat ion besi yang diserap dari duodenum
dan mengangkutnya melalui aliran arah menuju sel.[80] Pada hewan, tumbuhan, dan
jamur, besi seringkali berupa ion yang berbentuk kompleks heme. Heme adalah
komponen esensial protein sitokrom, yang mengatur reaksi redoks, dan komponen
esensial protein pengangkut oksigen sepertihemoglobin, myoglobin, dan
leghemoglobin.
Besi
anorganik berkontribusi pada reaksi redoks dalam gugus besi-belerang enzim,
seperti nitrogenase (terlibat dalam sintesis amonia dari nitrogen dan hidrogen)
sertahidrogenase. Protein besi non-heme meliputi enzim metana monooksigenase (mengoksidasi
metana menjadi metanol), ribonukleotida reduktase (mereduksi ribosa
menjadideoksiribosa; biosintesis DNA), hemertrin (transpor oksigen dan fiksasi
dalam invertebrata laut) serta asam fosfatase ungu (hidrolisis ester fosfat).
Distribusi
besi sangat diatur dalam mamalia, terutama karena ion besi berpotensi tinggi
pada toksisitas biologis.[81]
Pengaturan
asupan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Hepsidin
Asupan besi
diatur ketat oleh tubuh manusia, yang tidak memiliki pengaturan fisiologis
ekskresi besi. Hanya sejumlah kecil besi yang hilang setiap hari karena
peluruhan sel mukosa dan epitel kulit, sehingga pengendalian level besi sangat
diatur dari asupannya.[82] Pengaturan asupan besi tidak berlangsung sempurna pada
beberapa orang akibat dari cacat genetik yang memetakan region gen HLA-H pada
kromosom 6. Pada orang-orang ini, kelebihan asupan dapat mengakibatkan kelainan
akibat kelebihan besi (bahasa Inggris: iron overload disorder), seperti
hemokromatosis. Banyak orang memiliki kerentanan genetik terhadap kelebihan zat
besi tanpa menyadarinya atau menyadari masalah sejarah keluarga. Berdasarkan
alasan tersebut, disarankan untuk tidak mengkonsumsi suplemen besi kecuali
mengalami defisiensi besi dan telah berkonsultasi dengan dokter.Hemokromatosis
diperkirakan menyebabkan penyakit antara 0,3 dan 0,8% di kalangan ras
kaukasia.[83]
MRI
menemukan bahwa besi terakumulasi dalam hipokampus otak pada penderita
Alzheimer dan dalam substansia nigra pada penderita Parkinson.[84]
Bioremediasi[sunting
| sunting sumber]
Bakteri
pemakan besi hidup di lambung kapal karam seperti Titanic.[85] Bakteti asidofil
Acidithiobacillus ferrooxidans, Leptospirillum ferrooxidans, Sulfolobus spp.,
Acidianus brierleyi and Sulfobacillus thermosulfidooxidans dapat mengoksidasi
enzimatis besi fero.[86] Sample jamur Aspergillus niger ditemukan tumbuh dari
larutan penambangan emas, dan ditemukan mengandung kompleks sianologam seperti
emas, perak, tembaga, besi dan seng. Jamur juga berperan dalam kemudahlarutan
sulfida logam berat.[87]
Hambatan
permeabel reaktif[sunting | sunting sumber]
Besi
zerovalen adalah materi reaktif utama pada hambatan permeabel reaktif.[88]
Toksisitas[sunting
| sunting sumber]
1
0
1
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keracunan
besi
Mencerna
besi dalam jumlah besar dapat menyebabkan kelebihan kadar besi dalam darah.
Kadar besi fero yang tinggi dalam darah bereaksi dengan peroksida
membentukradikal bebas, yang sangat reaktif dan dapat merusak DNA, protein,
lemak, dan komponen sel lainnya. Oleh karena itu, toksisitas besi muncul ketika
besi bebas dalam sel, yang biasanya terjadi ketika kadar besi melebihi
kemampuan transferin mengikat besi. Kerusakan pada sel saluran pencernaan dapat
juga menghambat pengaturan asupan besi yang berakibat pada peningkatan lebih
lanjut kadar besi darah. Besi umumnya merusak sel dalam jantung, liver dan
lainnya, yang dapat menyebabkan efek parah, termasuk koma,asidosis metabolik,
syok, kegagalan liver, koagulopati, sindrom distres pernapasan dewasa (bahasa
Inggris: adult respiratory distress syndrome), kerusakan organ jangka panjang,
dan bahkan kematian.[89] Manusia mengalami keracunan besi di atas 20 miligram
besi per kilogram berat badan, dan 60 miligram per kilogram adalah dosis
letal.[90]Asupan besi berlebihan, seringkali akibat dari konsumsi berlebih
tablet fero sulfat pada anak-anak tapi dengan dosis dewasa. Ini adalah salah
satu keracunan umum yang menyebabkan kematian pada anak-anak usia di bawah enam
tahun.[90] Standar Asupan Gizi (bahasa Inggris: Dietary Reference Intake (DRI))
mencantumkan Batas Atas Toleransi (bahasa Inggris: Tolerable Upper Intake Level
(UL)) untuk dewasa adalah 45 mg/hari. Untuk anak-anak di bawah empat belas
tahun, UL-nya 40 mg/hari.
Pengelolaan
medis keracunan besi adalah rumit, dan dapat berupa penggunaan zat pengkhelat
yang disebut deferoksamina untuk mengikat dan mengeluarkan kelebihan besi dari
dalam tubuh.[89][91][92]
Lihat
juga[sunting | sunting sumber]
Portal Kimia
• Baja
• Besi dalam cerita rakyat
• Besi (metafora)
• Besi nirkarat
• Daftar negara berdasarkan produksi
besi
• El Mutún di Bolivia, penyumbang
10% dari bijih besi dunia.
• Fertilisasi besi – usulan
fertilisasi samudera untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton
• Pelletizing – proses pembuatan
pelet bijih besi
Referensi[sunting
| sunting sumber]
1. ^ Demazeau, G.; Buffat, B.;
Pouchard, M.; Hagenmuller, P. (1982). "Recent developments in the field of
high oxidation states of transition elements in oxides stabilization of
Six-coordinated Iron(V)". Zeitschrift für anorganische und allgemeine
Chemie 491: 60.doi:10.1002/zaac.19824910109.
2. ^ Ram, R. S. and Bernath, P. F. (2003).
"Fourier transform emission spectroscopy of the g4Δ-a4Δ system of
FeCl" (PDF). Journal of Molecular Spectroscopy 221 (2):
261.Bibcode:2003JMoSp.221..261R. doi:10.1016/S0022-2852(03)00225-X.
3. ^ http://www.iupac.org/fileadmin/user_upload/news/IUPAC_Periodic_Table-1May13.pdf
4. ^ a b Kohl, Walter H. (1995).
Handbook of materials and techniques for vacuum devices. Springer. pp. 164–167.
ISBN 1-56396-387-6.
5. ^ a b Kuhn, Howard and Medlin, Dana
(prepared under the direction of the ASM International Handbook Committee), ed.
(2000). ASM Handbook – Mechanical Testing and Evaluation (PDF) 8. ASM
International. p. 275. ISBN 0-87170-389-0.
6. ^ "Hardness Conversion
Chart". Maryland Metrics. Diakses tanggal 23 May 2010.
7. ^ Takaji, Kusakawa; Toshikatsu,
Otani (1964). "Properties of Various Pure Irons: Study on pure iron
I". Tetsu-to-Hagane 50 (1): 42–47.
8. ^ Raghavan, V. (2004). Materials
Science and Engineering. PHI Learning Pvt. Ltd. p. 218. ISBN 81-203-2455-2.
9. ^ a b Boehler, Reinhard (2000).
"High-pressure experiments and the phase diagram of lower mantle and core
materials". Review of Geophysics (American Geophysical Union) 38(2):
221–245. Bibcode:2000RvGeo..38..221B. doi:10.1029/1998RG000053.
10. ^ a b Bramfitt, B. L.; Benscoter,
Arlan O. (2002). "The Iron Carbon Phase Diagram".Metallographer's
guide: practice and procedures for irons and steels. ASM International. pp.
24–28. ISBN 978-0-87170-748-2.
11. ^ Martin, John Wilson (2007). Concise
encyclopedia of the structure of materials. Elsevier. p. 183. ISBN
0-08-045127-6.
12. ^ Boehler, Reinhard; Ross, M. (2007).
"Properties of Rocks and Minerals_High-Pressure Melting". Mineral
Physics. Treatise on Geophysics 2. Elsevier. pp.
527–541.doi:10.1016/B978-044452748-6.00047-X.
13. ^ Rugel, G.; Faestermann, T.; Knie,
K.; Korschinek, G.; Poutivtsev, M.; Schumann, D.; Kivel, N.; Günther-Leopold,
I.; Weinreich, R.; Wohlmuther, M. (2009). "New Measurement of the 60Fe
Half-Life". Physical Review Letters 103
(7).doi:10.1103/PhysRevLett.103.072502. ISSN 0031-9007.
14. ^ Dauphas, N.; Rouxel, O. (2006).
"Mass spectrometry and natural variations of iron isotopes" (PDF).
Mass Spectrometry Reviews 25 (4): 515–550.doi:10.1002/mas.20078. PMID 16463281.
15. ^ Fewell, M. P. (1995). "The
atomic nuclide with the highest mean binding energy".American Journal of
Physics 63 (7): 653. Bibcode:1995AmJPh..63..653F.doi:10.1119/1.17828.
16. ^ Mostefaoui, S.; Lugmair, G.W.;
Hoppe, P.; El Goresy, A. (2004). "Evidence for live 60Fe in
meteorites". New Astronomy Reviews 48: 155.
Bibcode:2004NewAR..48..155M.doi:10.1016/j.newar.2003.11.022.
17. ^ Bautista, Manuel A.; Pradhan, Anil
K. (1995). "Iron and Nickel Abundances in H~II Regions and Supernova
Remnants". Bulletin of the American Astronomical Society 27:
865.Bibcode:1995AAS...186.3707B.
18. ^ McDonald, I.; Sloan, G. C.;
Zijlstra, A. A.; Matsunaga, N.; Matsuura, M.; Kraemer, K. E.; Bernard-Salas,
J.; Markwick, A. J. (2010). "Rusty Old Stars: A Source of the Missing
Interstellar Iron?". The Astrophysical Journal Letters 717 (2): L92–L97.
arXiv:1005.3489.Bibcode:2010ApJ...717L..92M. doi:10.1088/2041-8205/717/2/L92.
19. ^ "Iron: geological
information". WebElements. Diakses tanggal 23 May 2010.
20. ^ John W. Morgan & Edward Anders
(1980). "Chemical composition of Earth, Venus, and Mercury". Proc.
Nat. Acad. Sci. 77 (12): 6973–6977. Bibcode:1980PNAS...77.6973M.doi:10.1073/pnas.77.12.6973.
PMC 350422. PMID 16592930.
21. ^ Lyons, T. W.; Reinhard, CT (2009).
"Early Earth: Oxygen for heavy-metal fans". Nature461 (7261):
179–181. Bibcode:2009Natur.461..179L. doi:10.1038/461179a.PMID 19741692.
22. ^ Cloud, P. (1973).
"Paleoecological Significance of the Banded Iron-Formation". Economic
Geology 68 (7): 1135–1143. doi:10.2113/gsecongeo.68.7.1135.
23. ^ Emiliani, Cesare (1992).
"Planet earth: cosmology, geology, and the evolution of life and
environment". Cambridge University Press. p. 152. ISBN 978-0-521-40949-0.
|chapter=ignored (bantuan)
24. ^ Klingelhöfer, G.; Morris, R. V.;
Souza, P. A.; Rodionov, D.; Schröder, C. (2007). "Two earth years of
Mössbauer studies of the surface of Mars with MIMOS II". Hyperfine
Interactions 170: 169–177. Bibcode:2006HyInt.170..169K.
doi:10.1007/s10751-007-9508-5.
25. ^ Nam, Wonwoo (2007).
"High-Valent Iron(IV)–Oxo Complexes of Heme and Non-Heme Ligands in
Oxygenation Reactions". Accounts of Chemical Research 40 (7):
522–531.doi:10.1021/ar700027f. PMID 17469792.
26. ^ a b c d e f Holleman, Arnold F.;
Wiberg, Egon; Wiberg, Nils (1985). "Iron". Lehrbuch der Anorganischen
Chemie (dalam German) (91–100 ed.). Walter de Gruyter. pp. 1125–1146.ISBN
3-11-007511-3.
27. ^ Reiff, William Michael; Long, Gary
J. (1984). "Mössbauer Spectroscopy and the Coordination Chemistry of
Iron". Mössbauer spectroscopy applied to inorganic chemistry. Springer.
pp. 245–283. ISBN 978-0-306-41647-7.
28. ^ Ware, Mike (1999). "An
introduction in monochrome". Cyanotype: the history, science and art of
photographic printing in Prussian blue. NMSI Trading Ltd. pp. 11–19. ISBN
978-1-900747-07-3.
29. ^ Gmelin, Leopold (1852).
"Mercury and Iron". Hand-book of chemistry 6. Cavendish Society. pp.
128–129.
30. ^ "Questions and Answers on
Prussian Blue". Diakses tanggal 6 June 2009.
31. ^ Thompson, D. F; Callen, ED (2004).
"Soluble or Insoluble Prussian Blue for Radiocesium and Thallium
Poisoning?". Annals of Pharmacotherapy 38 (9):
1509–1514.doi:10.1345/aph.1E024. PMID 15252192.
32. ^ Greenwood, Norman N.; Earnshaw,
Alan (1984). Chemistry of the Elements. Oxford:Pergamon Press. pp. 1282–86.
ISBN 0-08-022057-6..
33. ^ Laszlo, P; Hoffmann, R (2000).
"Ferrocene: Ironclad History of Rashomon Tale?"(PDF). Angewandte
Chemie (International ed. in English) 39 (1):
123–124.doi:10.1002/(SICI)1521-3773(20000103)39:1<123::AID-ANIE123>3.0.CO;2-Z.PMID
10649350.
34. ^ Federman Neto, Alberto; Pelegrino,
Alessandra Caramori; Darin, Vitor Andre (2004). "Ferrocene: 50 Years of
Transition Metal Organometallic Chemistry—From Organic and Inorganic to
Supramolecular Chemistry". ChemInform 35 (43).doi:10.1002/chin.200443242.
35. ^ a b Weeks 1968, hlm. 29.
36. ^ a b Weeks 1968, hlm. 31.
37. ^ Bryce, Trevor (2007). Hittite
Warrior. Osprey Publishing. pp. 22–23. ISBN 978-1-84603-081-9.
38. ^ a b c d e Weeks 1968, hlm. 32.
39. ^ Sawyer, Ralph D. and Mei-chün
Sawyer. The Seven Military Classics of Ancient China.Boulder: Westview, (1993),
p. 10.
40. ^ Pigott, Vincent C. (1999). p. 8.
41. ^ Peter J. Golas (25 February 1999).
Science and Civilisation in China: Volume 5, Chemistry and Chemical Technology,
Part 13, Mining. Cambridge University Press. p. 152. ISBN 978-0-521-58000-7.
earlist blast furnace discovered in China from about the first century AD
42. ^ Pigott, Vincent C. (1999). The
Archaeometallurgy of the Asian Old World. Philadelphia: University of
Pennsylvania Museum of Archaeology and Anthropology. ISBN 0-924171-34-0, p.
191.
43. ^ The Coming of the Ages of Steel.
Brill Archive. 1961. p. 54. GGKEY:DN6SZTCNQ3G.
44. ^ Tewari, Rakesh. "The origins
of Iron Working in India: New evidence from the Central Ganga plain and the
Eastern Vindhyas" (PDF). State Archaeological Department. Diakses tanggal
23 May 2010.
45. ^ Photos, E. (1989). "The
Question of Meteoritic versus Smelted Nickel-Rich Iron: Archaeological Evidence
and Experimental Results". World Archaeology (Taylor & Francis, Ltd.)
20 (3): 403–421. doi:10.1080/00438243.1989.9980081. JSTOR 124562.
46. ^ Muhly, James D. (2003).
"Metalworking/Mining in the Levant". Di Lake, Richard Winona.Near
Eastern Archaeology IN: Eisenbrauns 180. pp. 174–183.
47. ^ Riederer, Josef; Wartke, Ralf-B.:
"Iron", Cancik, Hubert; Schneider, Helmuth (eds.): Brill's New Pauly,
Brill 2009
48. ^ Craddock, Paul T. (2008):
"Mining and Metallurgy", in: Oleson, John Peter (ed.): The Oxford
Handbook of Engineering and Technology in the Classical World, Oxford University
Press, ISBN 978-0-19-518731-1, p. 108
49. ^ Wagner, Donald B.: "The State
and the Iron Industry in Han China", NIAS Publishing, Copenhagen 2001,
ISBN 87-87062-77-1, p. 73
50. ^ Wagner, Donald B. (2003).
"Chinese blast furnaces from the 10th to the 14th century".Historical
Metallurgy 37 (1): 25–37. originally published in Wagner, Donald B. (2001).
"Chinese blast furnaces from the 10th to the 14th century". West
Asian Science, Technology, and Medicine 18: 41–74.
51. ^ Giannichedda, Enrico (2007):
"Metal production in Late Antiquity", in Technology in Transition AD
300–650 Lavan, L.; Zanini, E. and Sarantis, A.(eds.), Brill, Leiden; ISBN
90-04-16549-5, p. 200.
52. ^ a b c d e Biddle, Verne; Parker,
Gregory. Chemistry, Precision and Design. A Beka Book, Inc.
53. ^ Donald B. Wagner (1993). Iron and
Steel in Ancient China. BRILL. pp. 335–340.ISBN 978-90-04-09632-5.
54. ^ Spoerl, Joseph S. A Brief History
of Iron and Steel Production. Saint Anselm College
55. ^ Enghag, Per (8 January 2008).
Encyclopedia of the Elements: Technical Data - History - Processing -
Applications. pp. 190–191. ISBN 9783527612345.
56. ^ H. Lux "Metallic Iron" in
Handbook of Preparative Inorganic Chemistry, 2nd Ed. Edited by G. Brauer,
Academic Press, 1963, NY. Vol. 2. p. 1490-1..
57. ^ Steel Statistical Yearbook 2010.
World Steel Association
58. ^ a b Camp, James McIntyre; Francis,
Charles Blaine (1920). The Making, Shaping and Treating of Steel. Pittsburgh:
Carnegie Steel Company. pp. 173–174. ISBN 1-147-64423-3.
59. ^ "Classification of Carbon and
Low-Alloy Steels". Diakses tanggal 5 January 2008.
60. ^ Kolasinski, Kurt W. (2002).
"Where are Heterogenous Reactions Important". Surface science:
foundations of catalysis and nanoscience. John Wiley and Sons. pp. 15–16.ISBN
978-0-471-49244-3.
61. ^ McKetta, John J. (1989). "Nitrobenzene
and Nitrotoluene". Encyclopedia of Chemical Processing and Design: Volume
31 – Natural Gas Liquids and Natural Gasoline to Offshore Process Piping: High
Performance Alloys. CRC Press. pp. 166–167. ISBN 978-0-8247-2481-8.
62. ^ Wildermuth, Egon; Stark, Hans;
Friedrich, Gabriele; Ebenhöch, Franz Ludwig; Kühborth, Brigitte; Silver, Jack;
Rituper, Rafael (2000). "Ullmann's Encyclopedia of Industrial
Chemistry". doi:10.1002/14356007.a14_591. ISBN 3527306730. |chapter=
ignored (bantuan)
63. ^ Dlouhy, Adrienne C.; Outten, Caryn E.
(2013). "Chapter 8 The Iron Metallome in Eukaryotic Organisms". Di
Banci, Lucia. Metallomics and the Cell. Metal Ions in Life Sciences 12.
Springer. doi:10.1007/978-94-007-5561-1_8. ISBN 978-94-007-5560-4.electronic-book
ISBN 978-94-007-5561-1 ISSN 1559-0836 electronic-ISSN 1868-0402
64. ^ Yee, Gereon M.; Tolman, William B.
(2015). "Chapter 5 Transition Metal Complexes and the Activation of
Dioxygen". Di Peter M.H. Kroneck and Martha E. Sosa Torres. Sustaining
Life on Planet Earth: Metalloenzymes Mastering Dioxygen and Other Chewy Gases.
Metal Ions in Life Sciences 15. Springer. pp. 131–204.
doi:10.1007/978-3-319-12415-5_5.
65. ^ Lippard, S. J.; Berg, J. M. (1994).
Principles of Bioinorganic Chemistry. Mill Valley: University Science Books.
ISBN 0-935702-73-3.
66. ^ Food Standards Agency – Eat well,
be well – Iron deficiency. Eatwell.gov.uk (5 March 2012). Retrieved on 27 June
2012.
67. ^ Sesink, Aloys L. A.; T; K; V
(1999). "Red meat and colon cancer: the cytotoxic and hyperproliferative
effects of dietary heme". Cancer Research 59 (22): 5704–9.PMID 10582688.
68. ^ Glei, M.; Klenow, S.; Sauer, J.;
Wegewitz, U.; Richter, K.; Pool-Zobel, B. L. (2006). "Hemoglobin and hemin
induce DNA damage in human colon tumor cells HT29 clone 19A and in primary
human colonocytes". Mutat. Res. 594 (1–2):
162–171.doi:10.1016/j.mrfmmm.2005.08.006. PMID 16226281.
69. ^ Sandhu, M. S.; White, I. R.;
McPherson, K. (2001). "Systematic Review of the Prospective Cohort Studies
on Meat Consumption and Colorectal Cancer Risk: A Meta-Analytical
Approach". Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention 10 (5):
439–46.PMID 11352852.
70. ^ "Eating Red Meat Will Not
Increase Colorectal Cancer Risk, Study Suggests". ScienceDaily. 13 June
2007. Diakses tanggal 23 May 2010.
71. ^ Hoppe, M.; Hulthén, L.; Hallberg,
L. (2005). "The relative bioavailability in humans of elemental iron
powders for use in food fortification". European Journal of Nutrition 45
(1): 37–44. doi:10.1007/s00394-005-0560-0. PMID 15864409.
72. ^ Pineda, O.; Ashmead, H. D. (2001).
"Effectiveness of treatment of iron-deficiency anemia in infants and young
children with ferrous bis-glycinate chelate". Nutrition 17 (5):
381–4.doi:10.1016/S0899-9007(01)00519-6. PMID 11377130.
73. ^ Ashmead, H. DeWayne (1989).
Conversations on Chelation and Mineral Nutrition. Keats Publishing. ISBN
0-87983-501-X.
74. ^ "Dietary Reference Intakes:
Elements" (PDF). The National Academies. 2001. Diakses tanggal 21 May
2008.
75. ^ "Iron Deficiency Anemia".
MediResource. Diakses tanggal 17 December 2008.
76. ^ Milman, N (1996). "Serum
ferritin in Danes: studies of iron status from infancy to old age, during blood
donation and pregnancy". International Journal of Hematology 63 (2):
103–35.doi:10.1016/0925-5710(95)00426-2. PMID 8867722.
77. ^ Neilands, JB (1995).
"Siderophores: structure and function of microbial iron transport
compounds". The Journal of Biological Chemistry 270 (45):
26723–6.doi:10.1074/jbc.270.45.26723. PMID 7592901.
78. ^ Neilands, J B (1981).
"Microbial Iron Compounds". Annual Review of Biochemistry 50 (1):
715–31. doi:10.1146/annurev.bi.50.070181.003435. PMID 6455965.
79. ^ Boukhalfa, Hakim; Crumbliss, Alvin
L. (2002). "Chemical aspects of siderophore mediated iron transport".
BioMetals 15 (4): 325–39. doi:10.1023/A:1020218608266.PMID 12405526.
80. ^ Rouault, Tracey A. (2003).
"How Mammals Acquire and Distribute Iron Needed for Oxygen-Based
Metabolism". PLoS Biology 1 (3): e9.doi:10.1371/journal.pbio.0000079. PMC
212690. PMID 14551907.
81. ^ Nanami, M.; Ookawara, T; Otaki, Y;
Ito, K; Moriguchi, R; Miyagawa, K; Hasuike, Y; Izumi, M; Eguchi, H; Suzuki, K;
Nakanishi, T (2005). "Tumor necrosis factor-α-induced iron sequestration
and oxidative stress in human endothelial cells". Arteriosclerosis,
thrombosis, and vascular biology 25 (12):
2495–2501.doi:10.1161/01.ATV.0000190610.63878.20. PMID 16224057.
82. ^ Ramzi S. Cotran; Vinay Kumar;
Tucker Collins; Stanley Leonard Robbins (1999). Robbins pathologic basis of
disease. Saunders. ISBN 978-0-7216-7335-6. Diakses tanggal 27 June 2012.
83. ^ Durupt, S; Durieu, I;
Nové-Josserand, R; Bencharif, L; Rousset, H; Vital Durand, D (2000).
"Hereditary hemochromatosis". Rev Med Interne 21 (11):
961–71.doi:10.1016/S0248-8663(00)00252-6. PMID 11109593.
84. ^ Brar, S; Henderson, D; Schenck, J;
Zimmerman, EA (2009). "Iron accumulation in the substantia nigra of
patients with Alzheimer disease and parkinsonism". Archives of neurology
66 (3): 371–4. doi:10.1001/archneurol.2008.586. PMID 19273756.
85. ^ Ward, Greg (2012). The Rough Guide
to the Titanic. London: Rough Guides Ltd. p. 171.ISBN 978-1-4053-8699-9.
86. ^ Geoffrey Michael Gadd (March 2010).
"Metals, minerals and microbes: geomicrobiology and bioremediation".
Microbiology 156 (3): 609–643. doi:10.1099/mic.0.037143-0.PMID 20019082.
87. ^ Harbhajan Singh. Mycoremediation:
Fungal Bioremediation. p. 509.
88. ^ Roehl, K.E.; Meggyes, T; Simon,
F.G.; Stewart, D.I. (27 April 2005). Long-Term Performance of Permeable
Reactive Barriers. p. 5. ISBN 9780080535616.
89. ^ a b Cheney, K.; Gumbiner, C.;
Benson, B.; Tenenbein, M. (1995). "Survival after a severe iron poisoning
treated with intermittent infusions of deferoxamine". J Toxicol Clin
Toxicol 33(1): 61–6. doi:10.3109/15563659509020217. PMID 7837315.
90. ^ a b "Toxicity, Iron".
Medscape. Diakses tanggal 23 May 2010.
91. ^ Tenenbein, M (1996). "Benefits
of parenteral deferoxamine for acute iron poisoning". J Toxicol Clin
Toxicol 34 (5): 485–489. doi:10.3109/15563659609028005.PMID 8800185.
92. ^ Wu H, Wu T, Xu X, Wang J, Wang J.
(May 2011). "Iron toxicity in mice with collagenase-induced intracerebral
hemorrhage". J Cereb Blood Flow Metab. 31 (5):
1243–50.doi:10.1038/jcbfm.2010.209. PMC 3099628. PMID 21102602.
Catatan kaki[sunting
| sunting sumber]
1. ^ Data UGSG menyatakan produksi
besi termsuk daur ulang adalah 998Mt, aluminium (39Mt), tembaga (18Mt), seng
(11Mt) dan timbal (8,6Mt)
Daftar
pustaka[sunting | sunting sumber]
• Weeks, Mary Elvira; Leichester,
Henry M. (1968). "Elements Known to the Ancients". Discovery of the
Elements. Easton, PA: Journal of Chemical Education. pp. 29–40.ISBN
0-7661-3872-0. LCCN 68-15217.
Bacaan
lain[sunting | sunting sumber]
• H.R. Schubert (1957), History of
the British Iron and Steel Industry... to 1775 AD, London: Routledge.
• R.F. Tylecote (1992), History of
Metallurgy, London: Institute of Materials.
• R.F. Tylecote (1991), "Iron
in the Industrial Revolution", di J. Day; R.F. Tylecote, The Industrial
Revolution in Metals, Institute of Materials, pp. 200–60.